Kamis, 30 Desember 2010

ACROSS THE UNIVERSE

 Kamis 29 april 2010

aku berhutang nyawa pada film ini. Ia menemaniku di masa sulit dahulu. Suatu masa ketika aku harus berhadapan dengan kenyataan paling pahit. Aku tidak lagi memiliki kaki kiri yang dapat kuajak berlari. Pada masa itu setiap hari aku harus menahan kesakitan untuk melakukan setiap gerakan. aku melebihi bayi dan merasa nelangsa.

Aku tak bisa bernyanyi, aku kesulitan tidur dan dilanda maag akut disertai vertigo yang menyerang setiap ia sempat. Aku bisa menilai pada masa itu aku tidak menikmati diriku sebagai manusia. Aku tidak sempat merasakan sedih, marah maupun kecewa. Pada titik itu yang ada pada diriku adalah kehampaan. Aku tidak bisa mengingat masa lampau. Aku tidak bisa merasakan masa kini. Aku kehilangan kesadaran akan waktu.


Sampai akhirnya aku menonton oprah di metro tv tanpa sengaja. Saat itu bintang tamunya adalah para pemeran across the universe, sebuah film musical dengan lagu-lagu the beatless sebagai pijakan cerita.


Aku memiliki keinginan untuk menyaksikannya. Dan aku tak ingat bagaimana dvd film itu dapat kumiliki. Sebab seingatku pada masa itu aku masih kesulitan untuk berjalan, karenanya tidak mungkin aku bepergian mencari dvd itu seperti yang pasti akan kulakukan di masa sehatku.


Tapi nyatanya, mengatasi segala rintangan dan rasa sakit, aku pergi dan mencari. Dan kemudian aku kecanduan. Sepanjang hari sepanjang waktu aku menonton film itu, berulang –ulang kali.


Aku mesti berterimakasih kepada Julie tamor, sutradara film ini. Ia berhasil mengisi hatiku yang kesepian, jiwaku yang kelelahan. Kamu mungkin berpikir aku berlebihan, tetapi untuk wanita yang baru saja menyadari ia harus menghabiskan sisa hidupnya dengan kaki yang cacat, hal ini memang benar menyembuhkan aku, sebagian.

 
Aku tak dapat menerangkan betapa pada bulan-bulan itu jiwaku kembali dipenuhi dengan harapan. aku ingin bergerak, aku ingin melihat, aku ingin menyanyi.

Julie berhasil menyuguhkan gambar-gambar luar biasa indah dengan warna-warni saling bertabrakan. Seolah seperti baru pertama kali ku lihat cahaya dan merasa takjub karenanya dan tak mau dihentikan untuk terus menikmati.


Lagu-lagu beatless yang ditampilkan ulang luar biasa memukau. aku masih terperangah hingga saat ini dan bercita-cita suatu ketika mampu mencipta film seperti ini tentang ismail marzuki. Impian itu masih tersimpan rapat sampai kini.


Menonton across the universe membuat ku berada di dunia yang luar biasa nyaman. Dunia yang seharusnya aku jalani di masa sehatku. Menikmati masa muda, bertualang dan melakukan kesalahan, terlibat cinta dan membuktikan bahwa aku manusia yang bermartabat dan berguna.


Seringkali nafasku terhenti ketika menonton film ini. sebagai seorang yang gemar menyanyi, 33 lagu beatless yang ditampilkan ulang membuatku terhenyak. Beberapa sudah pernah kudengar sejak kecil.Dan mendengar aransemen baru di film ini, wow..keinginan untuk bisa menyanyikannya menembus kesadaran. Melupakan sengatan-sengatan sakit yang harus kuhadapi setia saat.


Bapak seringkali menemaniku menonton film ini. Ia juga menikmatinya sama seperti aku. Kami sama terperangahnya. ia kembali ke masa mudanya. Dan selalu ia berkata lagu-lagu beatless menyelamatkannya dari masa sulitnya dulu. Aku tahu, aku baru tahu, kami memiliki masa sulit. Dan beatless menemani kami melewati semua itu pada rentang waktu yang berbeda.


KAMIS, 30 desember 2010


bertahun-tahun saya bermimpi bisa nyebrang di ABBEY ROAD. mimpi itu rasanya luar biasa. tiap kali lihat jalanan yang ada garis putihnya, hahahaha..saya ngayal..cihuyyy...kalo tiba di Abbey road saya mau cium itu aspal, persis kayak adegan tayangan bedah rumah di RCTI.


suatu ketika saya dapet beasiswa 3 minggu buat belajar ilmu-ilmu asik..dan pemateri saya sudah sampai liverpool. saya senenggg banget denger cerita dia. dia sampai ke pennylane..


dulu saya gak tahu kemampuan saya. sekarang saya tahu saya bisa bikin skript film, meski belum sampai ke produksi film. saya gak tahu dulu kalo saya juga bisa makin pinter, sekarang saya berusaha keras untuk maksimalin diri biar makin berguna buat banyak orang. gak ada yang tahu kalo saya sampai eropa beneran, bareng kawan-kawan tersayang. gak ada yang tahu.


akhirnya kita pahami bersama bahwa masing-masing kita adalah jembatan untuk melalui sesuatu. setiap kita adalah angin yang mengeringkan peluh, kadang sejuk, kadang kering, kadang segar, kadang menghantam, kadang membawa debu, membawa kerikil, kadang menghentikan perjalanan, kadang memacu langkah, kadang tidak berarti apa-apa.

 setiap kita bersinggungan dengan yang lain dalam dimensi-dimensi jarak dan waktu yang kita tak pahami. bahwa anda sedang bersinggungan dengan yang lain tanpa anda sadari. si bijak mendapatkan manfaat dari hadirnya angin, juga si bebal dan si dungu.bedanya ada di pemaknaan. segala sikap kita dulu-sekarang-nanti menghadirkan kesan yang ditangkap secara berbeda, untuk belajar tentang perilaku, belajar tentang rasa hidup, tentang peneguhan akan sesuatu, tentang rasa beruntung lepas dari celaka, tentang rasa celaka ketemu nasib sial. itulah lucunya, kita mengoreksi dan mengambil saripati, lucu karena sebagian mengira ‘membicarakan orang dan situasi itu tidak baik’ lucu karena kita selalu belajar lewat hal lain yang fana yang anda rasa punya masa kadaluarsa.

lalu kita berkata pada diri seperti rintihan angin yang bergelung ke belakang kuping. mengapa aku begitu merasa tak berarti lagi. mengapa aku dulu begitu merasa kuat, mengapa aku kini begitu rapuh dan sia-sia. mengapa aku sesungguhnya lebih tidak mau percaya terhadap rasa mungkin ketimbang aku mengakui harapan anda masih cemantel sedikit dan goyang-goyang dan akan jatuh dan sulit bangkit.
mengapa akhirnya setiap kita mesti berjuang kendatipun aku tak melihat aku / kita istimewa (kita nanti bisa istimewa, pernah suatu masa kita istimewa, sekarang sedang masa-masanya kita merasa istimewa dan berdaya). mengapa aku harus menemukan diri kembali. mengapa hidup ini selalu dipenuhi rasa gamang yang tak habis dan berlari pada sinyal barangkali mistik supaya kita beroleh sedikit rasa percaya, nikmat rasa holding to something, nikmat rasa jejak karena kita tahu kita tidak puas dan tidak menemukan kenyamanan berpikir yang teguh atau yang kita kira teguh.

anda itu saya. saya bukan anda. kita adalah penggalan kehidupan yang berarti. selama kita berpikir tak berarti, selama tak menghormati diri, bagaimana kita bisa bilang hidup saya sia-sia karena saya sudah kelelahan dalam proses saya mencapai ketenangan jiwa. ini sikap tidak adil: mengapa kita pilih untuk tidak menghargai diri sendiri, mengapa kita tidak bertepuk tangan untuk satu sikap baik, mengapa kita tidak menumbuhkan perasaan positif untuk berjuang, mengapa kita tidak mencari di luar diri, mengapa kita tidak menggunakan segala upaya segala kekuatan untuk membuat diri anda menjadi berarti.

 tentu saja itu mengusik, tapi bukankah anda punya perkakas sederhana (saya juga punya), yakni kalbu yakni nurani tempat yang jaauhhh juga dekat ; sesuatu yang mengusik dan mengajak banyak tanya banyak pikir banyak sikap terhormat. saya sedang tidak berbicara tentang rasa kalah. tentang kolektivitas rasa kalah yang menunggu waktu. orang-orang yang terasingkan oleh diri sendiri dan menunggu momen untuk menunjukkan agresifitas diri-mereka yang tahu tak dianggap dan yang kehilangan harap kemudian berlaku merusak karena itulah kepercayaan terakhir yang dimiliki – anak yang dikhianati zaman. tentu saja anda bukan mereka. sebab kita punya kemampuan untuk dengan adil menimbang tentang ‘surga letaknya di iman.’

tanyakan pada saya apakah saya percaya yesus. tanyakan pada saya bagaimanakah rasa percaya saya pada penghakiman terakhir. saya bisa menjawabnya : saya seorang yang luar biasa egois, sebab saya tahu saya terbatas. itu saja. karenanya saya tidak dapat memprediksi kemungkinan reaksi tuhan akan saya. sebab bagaimana anda menyalahkan seseorang yang tidak tahu bukan karena ia tidak mencari tahu, tapi karena ia betul-betul tidak tahu, tidak dekat dengan segala tahu.

lalu muncul satu kemungkinan, memang harus ada orang-orang prima. itu kita yang putuskan.
diri ini yang pilih mengubah sedikit, mengubah banyak ; sesungguhnya tidak mengubah apapun. kita hanya mengubah kesan. kesan anda terhadap diri sendiri. itu saja. kita tidak lagi melihat orang besar orang kuat orang lemah. yang kita lihat adalah tanggungjawab dan moral. itu saja. penghormatan akan kemanusiaan dan dunia. terhadap diri sendiri dan apa yang anda dan saya rasa percayai. 

lalu kemudian anda dan saya punya mimpi. dan kesadaran kita berkata-kata: saya tahu tidak sampai sana, tapi saya rasa saya sudah tiba di sana. ini berlaku bagi yang tahu dirinya tidak mungkin di sana, juga bagi yang sedang mengupayakannya sekuat tenaga atau separuh tenaga atau mengajak tenaga-tenaga yang lain barangkali koalisi-konspirasi-kolaborasi. akhirnya sama saja, bagaimana kita menikmati moment tersebut. kita yang punya ilusi dan tidak takut oleh hasil akhir ilusi tersebut yakni  tetap ilusi dan kita pilih bahagia atau sedih ; atau menjadi nyata yang kita pilih nikmati atau terburu-buru dan kehilangan moment. itu saja. itulah kekuatan menerima diri. 

anda yang berangan-angan menyusuri gereja-gereja di roma dan menemukan penggalan-penggalan masa lalu manusia. juga saya yang sudah mencium aspal Abbey Road. atau anda yang berangan-angan membebaskan segala rasa pedih kucing dan anjing yang dibuang ; sedih kuda yang dibunuh untuk dimakan setelah tenaganya dengan tulus diberikan. anda tahu tidak ada di sana atau anda sedang berjuang untuk membebaskan rasa penasaran, dan anda tak kunjung ketemu pasti. heninglah sejenak. 

tidakkah anda sudah tiba di sana? tidakkah anda sudah tiba...

anda sudah tiba di imajinasi. anda sudah tiba.

 dan itu kesuksesan, kendatipun kecil. sebab anda tahu anda masih punya kapasitas untuk ‘merasa’. anda sedang menjalaninya. kita sedang pegang kemudi.

PERJALANAN 3 TAHUN (dan kemudian)

 SETELAH HARI ITU AKU TAK MENGGUNAKAN SEPATU

Jumat, 4 hari sebelum natal di tahun 2007.

Ada sebuah pesan singkat yang dikirimkan selama berhari-hari. Sore ini ajeng mengajak bertemu. 2 hari lalu ia berulangtahun yang keduapuluh. Kami akan makan-makan. Saling meledek dan tertawa. Lalu menonton bioskop. Tak ada yang lebih baik : pergi bersama teman dan menghabiskan waktu bersama mereka. Maka aku memutuskan untuk pergi meski pinggangku terasa amat nyeri. Sejujurnya pada saat itu aku tak tahu bagian tubuhku sebelah mana yang terasa sakit. Aku merasakan pantatku sebelah kiri terasa amat sakit, jalanku pincang dan aku selalu ingin rebahan karena tidak kuat lagi melangkah. Setiap menekan lantai, aku hampir selalu harus berteriak. Tapi hari ini berbeda. Aku tahu hari ini berbeda. Dan aku memutuskan untuk pergi.

Kami bertemu di blok m plaza. Aku datang duluan. Seperti biasa aku selalu datang pertama dan tak pernah suku menunggu. Karenanya aku ke gunung agung dan sudah membeli sebuah album foto ketika kawan-kawanku menungguku di Platinum.

“ Dasar lu..giliran makan-makan aja dateng..kuliah males.”

Aku memperhatikan siapa aja yang datang. Meli dan bowo serta berlian dan radith, mereka pasangan baru. Anthie dan Kiput, Diana dan Marsy yang diam-diam sedang berseteru, tetapi di luar masalah yang agak rumit itu, mereka saling sopan dan aku bisa berkata mereka baik-baik saja. Aku dan ajeng,the birthday girl. Dan nanti datang Beatrix, andalanku dalam paduan suara dengan adiknya.

Kami mulai bersenda gurau dan Kiput telah berulangkali mengambil kerupuk yang memang disediakan gratis. Toples yang semula penuh sudah separuh kosong. Hari itu seperti hari-hari lainnya ketika kami berkumpul. Ramai, penuh candaan lokal dan gosip lokal, suasana yang nyaman dan hangat. Aku tengah menghabiskan porsi keduaku ketika Beatrix muncul. Suasana makin riuh. Diana tidak selalu bersama kami. Ia juga mengunjungi kawannya yang lain di lantai yang lain. Pada masa-masa sulitku, aku merasa doanya tulus dan menentramkan. Dan aku bersyukur telah mengenalnya.

Selesai makan kami berniat menonton bioskop. Tetapi berlian harus pulang karena harus latihan paduan suara untuk natal. Akhirnya meli, bowo dan radith pun pulang. Sisanya menonton Quicky Express dan tertawa terbahak-bahak menyaksikan film bodoh itu. Diana duduk di sebelahku dan kami tak bisa lebih keras lagi tertawa. Pinggangku makin sakit karena tertawa. Tapi siapa peduli. Aku seperti merasa inilah kali terakhir aku bisa menonton bioskop.

Dan ternyata itu benar.

Hari itu adalah hari terakhir aku bisa pergi bersama teman-temanku dengan kedua kaki sempurna yang diberikan tuhan. Hari itu betul-betul hari terakhir aku memiliki kaki kanan dan kaki kiri. Hari itu memang benar hari terakhir aku menggunakan sepatu converse yang selalu aku kenakan hingga butut dan robek dan masih merasa bangga karena sepatu itu aku beli dengan honorku menyanyi. Sepatu yang begitu setia menemaniku kuliah, latihan paduan suara, magang di majalah hidup, dan menemaniku berziarah.

Setelah hari itu, aku tak pernah lagi bisa mengenakan sepatu.
Perlu waktu lama sampai akhirnya aku bisa kembali ke bioskop untuk menonton laskar pelangi.
Tapi itu cerita lain.


SI DIRI PERLU LIHAT DUNIA
agustus 2010

ini bukan alasan. saya tahu. saya kurang pintar pun sudah saya tahu sejak dulu.
saya perlu membuka diri dan jujur terhadap diri sendiri. beberapa orang bilang saya minder. bukan minder sebetulnya, saya hanya marah. karena marah, saya tidak bisa percaya pada kemampuan diri sendiri. saya terjebak oleh perasaan yang membikin saya jengah dan lelah.

saya senang tepuk tangan. saya gak goblok kok. itu cara saya menyemangati diri.
karena saya pernah belajar cara untuk jongkok dan cebok di usia dewasa saya. saya pernah belajar latihan tidur dan berguling, dan itu sakitnya luar biasa, sampai saya gak ingin bangun lagi..karena begitu sakitnya.
saya ingat rasanya melangkah dan menjejak. hal ini terasa amat luar biasa, karena selama 4 bulan saya tidak menjadi manusia. ibu bapa memandang saya tak berdaya...saya tidak ingat bagaimana sulit dan susahnya

sekarang saya belajar mengatasi sedih tiap hari. bukan urusan anda memang, saya gak minta anda mengerti. saya sudah senang ketika anda memilih untuk mengenal saya pertama-tama. tetapi saya perlu mengenal diri sendiri. sebab saya tidak dapat membantu diri saya sendiri ketika saya tidak berusaha mengingat siapa saya kini dan dulu.

saya masih berjuang tiap hari. ini bukan sok melankoli. pernah ada situasi saya dipaksa untuk mengakui identitas saya yang baru. si rensi yang harus menggunakan AFO tiap hari, yang betis kirinya mengecil dan kehilangan daya tumpu terhadap tubuhnya. dan ini tidak mudah. saya sering kehilangan kesadaran akan diri. saya masih sering terbangun dan merasa dikunci oleh si diri. tentu setelahnya ketakutan-ketakutan tak berarti menguasai diri.

saya pernah punya mimpi. mimpi yang indah yang membikin diri tak ingin terbangun saking nyaman dan bahagianya. tapi saya tahu..saya mesti mengawal mimpi ini. saya tahu saya bisa mencapainya suatu hari nanti.
sekarang harusnya fase dewasa muda bagi saya. tetapi saya tak sempat mengalaminya saat ini. saya tahu saya ketinggalan. tapi ini bukan alasan untuk berdiam. saya tahu. justru karena tahu saya sedih. sebab saya mulai mengakui tidak dengan terpaksa, kali ini.

bahwa saya si rensi yang menggunakan AFO setiap hari. yang betis kirinya mengecil dan kehilangan daya tumpu terhadap tubuhnya. ini tak bisa dielakkan dan harus dihadapi.

dan saya menghadapinya tiap hari...meski susah payah...meski kadang dengan tangis...tapi saya memilih tidak untuk mati di ranjang yang nyaman. saya masih punya hak untuk melihat dunia. dan ini tak boleh dilanggar bahkan untuk si diri yang kerap kali pegang kunci. saya gak kepingin jadi sybil. dia menderita. karena itu si diri mesti kerjasama..karena si diri juga perlu lihat dunia.


TERNYATA TIDAK APA-APA KOK TIDAK DAPAT MENGENAKAN SEPATU
november 2010

ternyata tidak apa-apa kok tidak dapat mengenakan sepatu. aku sudah tidak lagi merasa marah karena tidak dapat mengenakan high heels atau converse yang sangat kusenangi. aku sudah tidak iri dan putus asa melihat sepatu-sepatu cantik yang dikenakan kawan-kawanku. aku tidak merasa sakit hati ketika menemani ibuku membeli sepatu. aku sudah tidak apa-apa. sudah tidak apa-apa untuk kehilangan masa otot di betis kiriku. sudah tidak apa-apa untuk tiba-tiba merasa tak bertenaga dan terhambat dalam sebentuk kegiatan menyenangkan.

kawan baikku berkata, aku harus berjuang setiap hari karena suatu ketika aku akan sembuh dan dapat mengenakan sepatu kembali. suatu ketika aku akan berdansa di pernikahannya mengenakan sepatu high heels yang belum sempat kucoba untuk kugunakan yang selama 3,5 tahun tertata rapi di dus sepatu.

aku peduli pada hidupku, ini sudah cukup. tidak penting lagi apakah aku sembuh secara fisik atau tidak. tidak peduli lagi di pernikahanmu nanti akan mengenakan sepatu yang mana. karena aku tahu, perjuanganku panjang untuk menemukan hati yang lebih mantap. karena aku tahu perjuanganku tidak sia-sia untuk berucap terimakasih atas kesempatan hidup yang kedua dan tidak kehilangan selera akan kehidupan.

aku dan kamu adalah fragmen kehidupan, Bapak

aku baru tahu...
4 bulan setelah aku tidak lagi berbaring di rumah sakit, di suatu hari yang membosankan itu, mbak semi membuatkanku sayur asam dan lele goreng. ia berkata, " waktu kamu sakit ren, setiap kali bapak makan jagung di sayur asem ini, dia selalu bilang, rensi suka sekali ini mbak."
aku terdiam sedih.

aku baru tahu...
meski ia tidak ke gereja, meski ia tidak pernah terlihat berdoa, dan tidak terlihat percaya surga, ia suatu ketika pernah berkata, aku mengikuti yesus karena ajarannya akan cinta kasih, aku percaya ia menyediakan tempat untukku.

aku teringat...
akan hari-hari ketika meski pinggangnya juga nyeri sepertiku, ia menemaniku membongkar tanah dari pot-pot tanaman. 3 hari kami bekerja mengganti tanah dan pupuk. hampir setiap 3 bulan kami lakukan itu. aku merindukan masa-masa mengganti tanah dalam pot, sebab bapak tak lagi bisa melakukannya bersamaku. badannya sudah terlalu sakit untuk bekerja berat. ia tahu ia menderita hnp juga sepertiku, tapi ia bertahan dalam caranya yang kadang menyebalkan..tapi aku menyayanginya dengan tulus.aku merindukan hari bertanam.

aku teringat...
ia adalah koki yang hebat. ia menularkan kecintaanku pada memasak.aku bahagia ketika ia memesan untuk dibuatkan makanan olehku. ia adalah penikmat yang lahap. aku suka memperhatikan ekspresi wajahnya yang lucu ketika menikmati makanan. seolah hanya itu di dunia yang mampu membuatnya bangkit dan bahagia kembali.

ia adalah penikmat film. ia menularkan kecintaanku pada filim. aku senang ketika ia menitip dibelikan film olehku. dan aku sedih, ketika ia ingin menonton 2012 aku tidak mengajaknya menonton di bioskop, sebab badannya sudah terlalu sakit.

ia penikmat musik dan menularkan kecintaanku pada musik.aku bahagia, dibelanya untuk mengikuti kursus musik, meski itu diluar kemampuan pengeluaran keluarga kami pada masa itu.

ia penulis yang baik, ia pendongeng yang baik. meski hanya aku yang menikmati karyanya. tapi percayalah pak, nanti cucumu akan mendengar kisah-kisahmu. aku berjanji ;)

ia tidak terlalu suka fotografi, tetapi ia bahagia melihat setiap foto yang kujepret mengenai keluarga kami. ia akan duduk di hadapan komputer, duduk berlama-lama, mengingat-ingat, tersenyum, dan berdeham..aku mengasihinya dengan tulus.

aku teringat...
di masa sd-ku, di saat lelahnya, ia mengambil gitar, dan menyuruhku menyanyi. lepas sma, aku tak pernah melakukannya dan menyesal. sebab kini jemarinya telah kaku-kaku.

aku baru tahu...
ia kesepian. setiap kali ia menelepon sahabat-sahabatnya. dan berbagi informasi, siapa diantara mereka yang telah meninggal, lalu menggosip membahas perilaku seorang yang baru saja dipanggil tuhan itu, kadang dengan tawa, kadang dengan kesedihan. satu per satu sahabat-sahabatnya pergi.
karenanya ia begitu mencintai choki. sama seperti choki mencintainya.


aku baru tahu...
hidup adalah dirinya. ia yang mengajariku memandang dunia. barangkali ia jarang berkata-kata, tetapi aku dapat memaknainya setelah banyak waktu berlalu.

aku rasa aku beruntung. ia bermonogami dengan setia dalam perjalanan cintanya. ketika ia tanpa berkata, memberikanku pemahaman, nanti ketika kamu menikah, kawan hidupmu akan tinggal lebih lama ketimbang kami bersamamu. dan aku sedih. aku ingin direstui.

ia mewariskan banyak prasangka baik pada diriku. caranya yang menyebalkan dalam berargumentasi, caranya yang memuakkan dalam berdiskusi, membuatku mengerti ada dunia di luar dunia, yang juga harus aku hormati. ia yang mengajariku tak berbasa-basi. ia yang mencontohkan kedisiplinan dan kerapihan kerja padaku. ia yang menunjukkan padaku apa itu persiapan dan alternatif. ia yang menguji kesabaranku sekaligus menemaniku melaluinya. aku mengaguminya..aku mencintainya sepanjang waktu.

aku teringat hal-hal lucu. kesukaannya akan membaca seri Laura ingalls Wilder hanya di bagian masa natal, kesukaannya membaca musashi, tawanya ketika menyadari dirinya mirip Satoichi..caranya mengatakan masakanku enak dengan menghabiskan hampir separo porsi keluarga dalam sekali sikat, caranya membuat nasi goreng dengan cabe rawit yang dipetiknya sendiri dan memuji dirinya sendiri, bagaimana ia tersenyum geli setiap kali melihatku berbelanja pakaian dari pasar senen yang katanya untuk keperluan 'fashion'ku seolah-olah aku terlahir tak berpunya, ahahahahaha....caranya mengumpat dengan menyebut silit..ahaahahah....aku mencintainya,
bapakku yang setiap hari bertemu google dan youtube, meski tak lagi bekerja, membiarkan dirinya tetap terhubung pada dunia luar dan terus belajar dan lebih pandai dariku.

aku mencintainya. aku mengasihinya. aku menyayanginya.

ia tidak pernah menyebutkan apa harapannya terhadapku.
karena ia orang yang tanpa basa-basi dan terkadang sengit. ia mengijinkan ku jadi apa saja, yang hina sekalipun, ia tidak peduli. karena ia percaya, aku hanya dititipkan hingga usia 18, dan selanjutnya, hidupku adalah milikku. ia membiarkanku memilih agama sendiri, meski ia bilang, jangan sekali berganti agama hanya karena uang dan pernikahan. ia hanya memintaku setia pada pilihanku.

aku belum pernah membuatnya bangga. aku ingin ketika itu terjadi, ia ada di sampingku

kau boleh menyebutku SONTOLOYO

Aku tidak menyiapkan diri untuk mencintai orang lain selain dia.
Aku tidak menyiapkan diri untuk menghabiskan sisa hidupku selain bersama dia.

Tentu saja aku ingin menjadi orang terpercaya bagimu. Aku menawarkan diriku untuk mengasihimu.
Ketika itu terjadi aku percaya ketulusan mengalahkan segala hal-hal buruk di dunia.

Tetapi apakah dirimu mengerti?

Kau boleh menyebutku sontoloyo.
Kau boleh memberikan penilaian terhadap pikiran-pikiranku.
Tetapi dirimu tak mampu melenyapkan hasratku untuk bersuara.
Karena dirimu, aku, dia, mereka dan semua
memiliki kesempatan yang sama untuk memperjuangkan hak-hak dasar dalam kehidupan.

Karenanya siapa dirimu boleh menuturkan kebohongan.
Siapa kiranya dirimu boleh merasa tak berdosa telah memberikan informasi keliru
yang tentu saja kuterjemahkan juga secara keliru.

Tapi barangkali itu bukan kebohongan.

Pada hari itu
waktu mengkhianati kita dalam skala richter yang sama
sehingga kemudian kita belajar
bahwa diatas segala-galanya entah kau percaya tuhan atau kebetulan,
ada sesuatu di luar kendali diri yang memastikan setiap peristiwa menjejakkan cerita.

Karena itu bukan kebohongan, barangkali benar kekeliruan,
meski aku sama-sama sulit untuk mengampunimu.
Tetapi siapakah aku.
Siapakah aku yang agung dengan haknya mengampuni meski kekeliruanmu
menjadikanku lebih menderita dari yang pernah kau sangka.

Aku perempuan
yang katamu merasakan segala sesuatu dengan kepekaan yang dilebih-lebihkan.
Engkau lelaki
yang mengedepankan rasio dan nalar.
Barangkali itu benar.
Tetapi dirimu juga tak berdaya tanpa perempuan.
Sebab darimanakah engkau dilahirkan
ketika ibumu dengan kepekaan yang berlebih-lebih itu
merawat dan menjagamu selama ini.

Ibuku pernah berkata,
aku hanya bisa menjagamu dan memberimu pemahaman hingga usiamu delapanbelas.
Selepasnya diriku memiliki hak penuh dalam penguasaan diri dan emosi,
aku sudah bertanggung jawab atas hatiku, tubuhku dan pikiranku.
Karena itu aku sudah bisa mengontrol kepekaan berlebih-lebih itu..
karena itu aku mengerti kapan tiba waktunya untuk memilih dan memutuskan
meski dirimu kerap kali memberikan bayangan kabur
tentang suatu sikap yang kau sebut berbohong.

Kau mengecapku sebagai penipu.
Oh tidak..kau merendahkanku dengan kata-katamu,
sebab kau melupakan segala hal baik mengenai diriku.

Lalu siapa dirimu?

kita sama taukk..beneran..ayo semangat

 dicomot dari file lalu..ternyata setelah berbagi mutung sama banyak kawan, ada kesedihan yang mirip, kami berbagi mutung. hei kawan..jangan menyerah, jangan pernah. tetapkan hatimu untuk mau bangkit. kita gak pernah tahu ada apa yang menanti kita di depan. beneran. ini tulisan gw bikin beberapa bulan sebelum gw dapet rejeki 'ilmu' - gw aja gak minta, tahu-tahu ada kesempatan dan gw menjawab panggilan itu dengan lebih berani. 


selalu berjuang kawan, apapun yang terjadi. kau gak sendirian. setiap kita ada juga yang pernah ngalamin, bahkan lebih susah. jangan nyerah.



grafik hidup orang itu sama kok ternyata...moment-moment sedih, moment jenuh, moment bahagia, moment perjuangan, moment mentok, moment depresi, moment kalap, moment eneg, moment pencapaian, moment kebanggaan, moment muak, moment gak tau harus ngapain lagi, moment bunuh diri...gosh..pr jadi manusia berat banget ternyata.

yang paling gw benci di dunia di atas segala-galanya adalah kesadaran bahwa gw gak muda lagi dan belum jadi apa-apa. itu rasanyaaa pengen mencabik-cabik diri sendiri karena sudah buang-buang waktu, sudah mencari kesenangan lain dan gak maju-maju menemukan dan menjalani impian. ketika gw gak punya semangat dan gak ngerti gimana lagi cara ngebangun semangat, ketika gw sangat jujur terhadap diri sendiri, gw dihadapkan pada kenyataan, cambukan mental yang gak banget dan bikin sepet.


dan itu semakin diperparah oleh orang-orang yang (gw gak tau niatnya peduli apa usil) untuk selalu bertanya,dengan tujuan menyemangati dengan kata-kata yang itu-itu saja. Pompaan "semangat" itu tidak mewakili perasaan muak gw tetapi justru memperparah rasa bersalah terhadap diri sendiri. Cara menyemangati dengan memaparkan kekhawatiran yang gw udah jauh lebih dulu tau, memperbesar porsi kekesalan, ketakutan, kemarahan, kejengkelan yang ada dalam hati yang pelan-pelan rapuh ini.


umur gw udah tua bookk...bapak gw yang sinis suka bilang, jangan kelamaan jadi anak-anak, jangan kelamaan gak jadi apa-apa. ibu gw yg punya keterbatasan untuk mengerti, seneng sekali bertanya, "jangan marah ya..mama cuma mau tanya blablabla..."


pada moment ini, gw butttuhhh sekali seorang panutan. untuk mengingatkan gw, gw pengen berjuang jadi apa. pada moment ini, gw buuttuhh sekali disemangati oleh diri sendiri bahwa hidup gw berguna. Setua apa pun kita, pada moment tertentu, kita tetep perlu seorang yang bisa dipanut. kemudian menyesal telah melalui banyak sekali waktu dan menebus dosa itu dengan bangkit, dengan memaksakan diri untuk percaya bahwa hidup ini tidak sia-sia.


seorang teman pernah berkata,umurnya baru 20, " ren kalo sepuluh tahun lagi gw gak bisa jadi apa-apa, hidup gw gak berguna, gw mending harakiri dah..." ekstrim banget emang, tapi ada benernya juga.. mau ngapain idup di dunia kalo gak bisa berjuang?? gak usah berjuang buat orang lain lah, berjuang untuk diri sendiri dulu. gw ngalamin banget, berjuang ngebangun semangat itu susahnya gak kira-kira, nyembuhin trauma itu rasanya amit-amit, udah 3 tahun lalu gw dioperasi, tapi gw masih berjuang ngebangun semangat tiap hari dan itu njinggg...susahnya...


pada moment seperti ini, gw udah gak bisa ngerenung lagi, selain hampa dan kosong, diri gw udah capek mikir..tapi ternyata gw gak sendirian.. ada banyak orang di luar sana, yang ngalamin kejadian serupa, gak ngerti lagi mau ngapain sama hidupnya, mungkin sebagian ngerti mau ngapain, tapi tak berdaya..dan sebenernya sama aja. dirimu melumpuhkan dirimu sendiri.


saat-saat rentan dan rapuh inilah, yang membuat gw kilas balik..sejak operasi gw susah banget nangis untuk diri sendiri. gw nonton hachiko bisa norak termehek-mehek, gw dengerin lagu paduan suara yang indah banget, bisa nangis beringus sampe rasanya jantung mau copot, tapi begitu gw kilas balik, gw gak bisa nangis..udah 3 tahun gw repress emosi gw..


sampai akhirnya gw bengong, bengong aja.nikmat banget lo bengong itu.


gw sadar, gw g bisa selamanya begini. ada banyak contoh orang-orang yang terlena terlalu lama dan lupa kalau dirinya punya kekuatan, punya bakat. dan mereka hidup serba dalam omongan orang, "padahal dulu dia...." atau " sayang banget ya nasibnya..."


eh lo pikir nasib di tangan tuhan? tuhan tuh hantu taukk...

kalo kamu percaya tuhan, gak usah marah, kalo kamu gak percaya tuhan, yuk kita ngetawain idup kita kemaren-kemaren, kalo kamu ada di tengah-tengahnya, mendingan pilih percaya, idup kita sebentar banget soalnya, jadi orang baik dan berguna deh, diinget-inget punya bakat apa, berjuang disitu...

gw memang ingin berjuang untuk diri gw sendiri, saat ini. ada banyak banget orang bilang hidup gak adil. ada banyak banget orang tanya, enak banget jadi anaknya koruptor, ada banyak banget orang nyumpahin pejabat dan merasa peduli sama fakir miskin. gw cuma mau tanya, emang elo udah buat apa? gak usah kebanyakan nanya, bertindaklah. bertindaklah dengan cara sederhana yang lo bisa..berjuang buat hidup lo...kejar mimpi lo..minimal itu dulu deh.


kalo seneng bekerja di ranah advokasi, persuasi, motivasi dan mau membikin perubahan, alhamdulilah alleluya..tapi kalo blom bisa, gak ada yang ngehakimin juga...karena gw sudah terlalu lama menghakimi diri sendiri, sampai akhirnya mentok. gw rasa ini momentnya untuk menghargai diri gw sendiri.


gw selalu mengucap terimakasih untuk bantuan-bantuan yang teman gw berikan, untuk orang asing yang baik, untuk banyak hal-hal baik, semuanya dengan ketulusan. tapi gw lupa untuk memberikan terimakasih pada diri gw sendiri, karena telah peduli pada orang lain, karena telah membantu membuat orang lain bahagia. gw lupa untuk berterimakasih pada diri sendiri karena memiliki kebaikan yang tulus. "jadi rensi..terimakasih yah sudah berusaha menjadi perempuan baik dan perempuan baik-baik, kata hati gw."


ketika tiba pada titik ini, gw bisa berpikir lagi, hati gw rasanya ennntenngg banget..gw jadi inget kalau gw pernah sangat suka menulis, pernah sangat bangga ingin menjadi jurnalis, pernah sangat menikmati fotografi, pernah sangat jatuh cinta pada musik, pernah punya mimpi luar biasa mengenai studi ke luar negeri, pernah berjuang untuk hidupnya yang LUAR BIASA...


gw siap mengampuni diri sendiri, dan gw siap untuk mengisi hati gw lagi..gw sudah berjuang selama ini, apa susahnya untuk dilanjutkan lagi..

gw percaya banyak nilai baik yang ada di diri gw, gw percaya gw bukan orang bebal dan bisa mengurangi tingkah serta sikap buruknya..

barangkali dunia di luar sana gak indah..tapi gw tahu, yang bisa mengobarkan semangat itu bukan orang lain kok, cuma diri sendiri yang bisa. diri sendiri yang memilih mau jadi apa, jatuh cinta dalam pilihannya dan berjuang di sana...


gw berdoa untuk teman-teman semua, semoga kita masing-masing selalu diingatkan lagi akan mimpi-mimpi..supaya kita semua berguna..

Perempuan Punya Cerita

SPOILER ALERT !!

pertama kali menonton film perempuan punya cerita, seketika itu juga kepedihan datang dan membuka pemahaman yang sempat terkunci di belakang batok kepala. sebagai perempuan saya merasakan betul derita yang harus dialami para tokoh dalam keempat fragmen cerita dalam film perempuan punya cerita garapan 4 sutradara perempuan indonesia. kadar kemanusiaan masing-masing kita diketuk dan dengung itu tak segera berhenti. ia datang dalam keseharian kita melihat derita-derita dan pilu sedih cerita hidup.

cerita dibuka oleh punggung telanjang seorang perempuan. kita segera tahu perihal kanker payudara yang harus ditanggungnya. aku bisa merasakan kesedihan seorang perempuan dan perasaan tidak komplit lagi. bagaimana gejolak rasa itu menghampiri. bagaimana rasa syukur untuk waktu yang tersisa menghinggapi bercampur dengan sedikit pedih dan iri di sana sini karena tidak sempat merasakan air susu mengalir untuk memberikan kehidupan yang teraman dan tertentram bagi anak-anak yang dititipkan ibu bumi. sedih dan cemburu itu tidak merusakkan perasaan jahat untuk menguasai, melainkan menghadirkan suatu kisah sedih tentang berkorban dan makna mencintai serta ketulusan. cinta itu mengalir deras. maka ketika seorang anak tetangga yang imbisiel diperkosa, habis sudahlah pertahanan diri sumantri, seorang bidan di pulau padat penduduk di utara jakarta dengan akses kesehatan terbatas. derita sumantri berkepanjangan sebab ia tahu persis tidak akan ada lagi yang mampu menjaga wulan gadis malang itu, tidak akan ada lagi malaikat pelindung bagi wulan karena daya sumantri bukan saja sudah habis tapi ia sadar betul bahwa untuk mencintai wulan tanpa syarat, untuk mau susah payah bagi wulan – tidak banyak yang mau melakukannya.

sumantri adalah seorang perempuan tertangguh yang pernah diceritakan hidup. ia tidak menyerah begitu saja pada perasaan tak berdaya-nya, pada perasaan dihakimi dan dihukum oleh pandangan setempat, oleh pilihannya mengabdi pada kemanusiaan dan justru dipojokkan karena tindakannya ini tidak disukai moral setempat. inilah juga letak pedihnya kemudian. ketika setiap kita tidak bisa memberikan penilaian yang adil dan berimbang dan justru mendominasi kebenaran versi sendiri karena merasa berada di puncak posisi menguasai. inilah sedihnya ketika pilihan-pilihan tentang kemanusiaan, tentang rasa adil dan benar, tidak menghalau apa yang kita rasa kita percayai. sedih karena pejabat penyidik yang seharusnya mengayomi dan memberikan rasa adil yang benar, menjatuhkan pilihan mengabaikan jerit pilu sumantri untuk mendapatkan hak bagi harga diri wulan, seorang anak manusia yang dikhianati bumi yang tak ia pahami.

cerita berkutat di sini, bahwa masih saja terdapat sekelompok penjahat bangsat yang merasa segala urusan dengan mudah dapat diselesaikan oleh uang. bahwa akhirnya wali wulan memang memilih uang untuk menghentikan pertikaian panjang tentang hukum dan keadilan. kemiskinan mengambil peran besar dalam hal ini, sebab jelas uang lebih berarti untuk membeli beras dan bertahan hidup ketimbang penyesalan yang tulus dari dasar hati telah merusak dan melukai hati seorang anak perempuan yang tidak dianggap berharga. kekejian terus saja berlangsung di dunia. bagaimana kita bisa mengabaikan perasaan orang lain. bagaimana kita tega untuk melukai gadis yang kehilangan kesempatan untuk hadir di dunia dan menjadi diri yang utuh, si gadis itu memang hanya mampir di dunia sebentar kemudian pergi ketika perkakas jantungnya berhenti. tapi gadis itu tanpa kita sadari, tanpa ia sadari - dirinya berarti -  memberikan pemahaman baru pada kita tentang kekejian yang terus berlangsung, masih saja banyak diantara kita mengambil kesempatan dan keuntungan, masih memperalat orang-orang yang sedang dirundung duka atau memang dari sananya naif dan tidak memiliki daya untuk memperjuangkan dirinya.

wulan tidak naif, ia adalah perempuan yang mesti kita kasihi sebab keterbatasannya, ia adalah nurani yang memanggil. tetapi selain wulan, masih banyak perempuan yang tidak dapat memperjuangkan dirinya karena sikap-sikap naif yang lekang. perempuan naif banyak tetapi bila ia hanya menangisi diri, tidakkah kemudian jemu hadir.

saya jemu melihat cerita yogyakarta. saya menyesali pilihan-pilihan yang ditempuh para remaja tersebut. bagaimana mereka meperlakukan tubuh dengan tidak hormat dan sembrono, bagaimana mereka memahami ketubuhan dan berani bereksplorasi dengan wawasan yang begitu terbatas.

saya tak dapat mengatakan mereka salah arah sebab saya yakin pendampingan dan bimbingan untuk para remaja di indonesia juga rasa-rasanya masih jauh dari tepat. tidak banyak orang yang cukup tanggap dan peka memberikan pemahaman yang lurus dan adil mengenai beragam kebimbangan remaja. remaja-remaja kita tengah mabuk oleh era teknologi informasi yang memungkinkan mereka merasakan sensasi nikmat kehidupan. sayangnya hal ini tidak didukung dengan sikap siap menerima wawasan-wawasan baru. sayangnya ini menjadi boomerang dan makin mengentalkan sikap tak acuh karena keburu malas bertanggungjawab.

yang harus kita pahami bersama adalah untuk bisa melakukan perkalian bilangan enam sampai sepuluh, sebelumnya kita harus sudah menguasai perkalian bilangan satu hingga lima juga sudah menguasai penjumlahan, sebab perkalian adalah penjumlahan berulang.

yang ingin saya tekankan di sini kepada para remaja perempuan adalah, ketika anda menikmati tontonan yang merangsang seksualitas dan menginginkannya, lengkapilah pemahaman anda mengenai tubuh, mengenai sikap hormat akan diri, mengenai resiko yang akan anda temui dengan mulai memasuki kehidupan aktif secara seksual, mengenai sikap-sikap teguh yang menjadikan diri anda utuh.

saya menyesali tindakan gegabah para remaja yang begitu terlena oleh nikmat yang hadir dalam pengalaman seksual mereka. ketidaksiapan menghadapi tekanan dari lingkungan tidak hanya menimbulkan perasaan terjepit dan terasingkan yang berlebih ketika remaja tidak dapat mengelola dirinya sendiri. kita tidak sedang menyalahkan siapa-siapa di sini. tapi hargailah dan hormatilah kemampuan anda bernalar dan menganalisa. tidak ada yang bilang anda tidak boleh melakukan aktifitas seksual sejak anda mampu melakukannya dan ingin melakukannya, tidak ada. tapi lengkapilah pemahaman anda tentang kehidupan. jangan kemudian menyalahkan dan mencari pembenaran, ini perilaku yang memuakkan sebab setiap kita memang harus mempertanggungjawabkan hidup yang sudah kita terima.

kesedihan saya kemudian berlarut-larut ketika dalam kehidupan nyata, pembesar-pembesar dan pejabat daerah dengan begitu merendahkan martabat perempuan telah secara sembrono dan melukai perasaan banyak anak gadis, banyak ibu, banyak kakak yang menyesali tindakan penghinaan tersebut, yakni test keperawanan. ini memuakkannya berlapis-lapis. karena keperawanan bukan saja tidak menjamin mutu pribadi seorang perempuan, tapi ini juga menunjukkan betapa sangat tidak arif-ya pejabat daerah tersebut. bukan test keperawanan yang diperlukan untuk menjaga akhlak manusia, melainkan pemahaman yang tepat mengenai etika-moral-toleransi.

anda bisa saja masih perawan sampai menikah, menjaga baik-baik kehormatan itu meski usia menggerus umur anda, anda terhormat. tapi apakah pilihan sikap anda tepat untuk tidak mencintai mertua anda dan keluarga besar suami anda dan jauh dari rasa berkorban. dan begitu pula sebaliknya. bagaimana anda menghargai menantu begitu mengetahui ia sudah tidak perawan -oleh orang lain - sebelum menikahi anak lelaki anda. apakah anda terhormat ketika melukai perasaan orang lain dan jauh dari sikap bermoral sebagaimana harusnya anda mencintai dengan tulus keluarga baru anda.

apa kemudian yang anda harapkan ketika harga diri ini diobok-obok oleh selembar hasil test yang menyatakan anda tidak lagi perawan dan menimbulkan reaksi yang mudah ditebak di lingkungan yang seringkali tidak adil dan mencap bekas perawan ini sebagai orang yang tidak baik , bukan orang baik-baik, bukan orang yang kita percayai mampu membikin prestasi dan harus dijauhi dari segala kesempatan sebab ia punya sikap buruk. ini memuakkannya luar biasa, karena kita menjadi semakin mudah menyudutkan seseorang. tidak perlu test keperawanan, yang kita perlukan adalah sikap-sikap yang lebih arif dalam menghalau rasa tidak adil, rasa tidak benar dan tidak jatuh pada sikap menghakimi.

kesalahan bangsa kita adalah tidak bisa menerima sesuatu diluar keyakinan dan ini menyebabkan kedunguan berkembang luas. sudah tidak masanya lagi remaja ditakuti dengan ‘apabila kamu melakukan aktifitas seksual pramarital, kamu akan masuk neraka, tuhan tidak mengampunimu, dan kamu ketambahan dosa 40 tahun.’ hal-hal semacam ini tidak saja membikin jemu tapi juga tidak masuk akal.  katakan saja yang sesungguhnya bahwa aktifitas seksual itu enak. tapi di balik enak itu ada tanggungjawab besar. kemampuan untuk memahami tanggungjawab besar itu harus diasah terus menerus, sehingga remaja belajar setiap sikapnya adalah pilihan teguh yang ia putuskan berdasarkan kemampuan bernalarnya yang utuh dan adil.

ternyata di usia dewasa kita, masih banyak pilihan teguh yang diputuskan bukan berdasar kemampuan bernalar yang tepat dan arif, melainkan dikomandoi hasrat dan mimpi-mimpi indah yang tak jarang menohok kita dengan pengalaman pahit karena kurangnya antisipasi, over-confident yang berbuntut pada sikap ceroboh yang merugikan orang banyak. mereka jadi korban ilusi.

inilah yang dialami cicih, primadora grup dag dig duer yang mengadu mimpi untuk menjadi artis besar ibukota. karena dipacu mimpi indah dan optimisme bahagia, cicih tidak lagi menghitung resiko yang mungkin ia terima. tanpa ia sadari, ia mengajak serta saroh-anak kawannya- yang mengakibatkan saroh menjadi korban perdagangan manusia. nasib sedih menimpa esih-ibu saroh.

esih adalah gambaran masyarakat kita, perempuan yang jauh dari akses pendidikan, jauh dari dampingan hukum dan pemahaman serta kesadaran hak asasi. esih adalah potret sedih perempuan tak berdaya yang kebingungan menentukan arah hidupnya kemudian setelah saroh menghilang dan menjadi korban perdagangan manusia.

ada banyak seandainya di sini. andai-andai yang tidak mungkin karena banyak lubang yang tak mau-tak bisa-tak peduli-untuk diisi. dan ini bukan salah esih sepenuhnya. ia menjadi begitu karena sistem menempatkannya demikian. ia adalah bagian yang tidak terpisahkan dari negara, ia adalah rakyat yang harusnya dilindungi. negara meneruskan cerita pedih anak manusia karena tidak cukup tanggap menanggulangi masalah dan pengentasan kemiskinan, peningkatan kesejahteraan hidup. negara tidak dapat menjamin hak setiap warga negaranya seperti yang tertera dalam undang-undang dasar 1945. negara lalai dalam mengemban tugas dan kewajiban tersebut. yang lebih mengkhawatirkan lagi, negara tidak mencatat sejarah :  sejarah seperti ketikan kwarto dengan tinta palsu yang sudah tak terbaca karena tumpahan air lalu lumer dan dibiarkan lebur supaya tak perlu susah payah memperjuangkan dan menghormati hak manusia-semakin tidak ada bukti semakin baik untuk tidak perlu diingat-ingat. ini parahnya luar biasa. cerita diakhiri dengan niat bersama mengadu ke polisi, ke tempat terakhir yang mereka ketahui, pun juga naif untuk menggantungkan harapan hanya dengan mengadu dan melapor.

bagaimana kemudian negara tidak melengkapi dirinya dengan seperangkat instrumen legal. bagaimana negara sampai mengabaikan hal terpenting dalam kehidupan bersama, identitas yang dipahami sebagai bentuk dan semangat nasionalisme, bagaimana negara tidak belajar berani dari sejarah. bagaimana hal ini terus berulang dan dibiarkan, menyebabkan rasa putus asa dan prihatin berkepanjangan bagi korban dan keluarga korban. saya berharap, makin optimal kerja kita semua untuk memberantas kebodohan, untuk meningkatkan kesejahteraan sehingga setiap warga negara memiliki kesempatan mengembangkan potensi terbaiknya dan memiliki pilihan untuk bekerja dengan upah yang layak bagi biaya kehidupannya. minimal ini dulu, kalau pemenuhan hak asasi tentang hidup layak sudah dijamin, setiap rakyat kita memiliki kesempatan sendiri untuk meneruskan mimpinya, untuk berani menyelidiki hakikat hidupnya karena tidak mudah dibodohi-bahkan oleh diri sendiri yang terlanjur takut : takut susah-takut repot-takut gak ada temen berjuang.

untuk menuju situasi tersebut, pemenuhan hak untuk kehidupan layak harus terus diaksikan dan diperjuangkan. tak pelak lagi setiap kita memerlukan biaya untuk melangsungkan kehidupan. bagaimana jika anda sakit keras dan pengobatan harus dilakukan setiap saat? bagaimana dalam keadaan sakit itu anda harus menghidupi seorang anak yang masih harus sekolah sementara suami anda telah almarhum dan justru meninggalkan hutang serta masalah bagi anda?

ini yang dialami laksmi. perempuan singkawang beragama minoritas yang tertular penyakit Aids dari suaminya reno yang beretnis jawa.

dalam kemelut sedih ini, kekejian berlangsung akibat tidak adanya kompromi dan komunikasi dalam relasi menantu mertua. ibunda reno dengan teramat menggebu-gebu menginginkan pengasuhan belinda- anak laksmi dengan reno. sebab ia tidak percaya laksmi.terlihat begitu nyata tidak adanya toleransi antara keduabelah pihak. laksmi dengan yakinnya menghendaki haknya tidak diganggu gugat meskipun ia terpaksa mengakui dirinya tidak cukup kuat untuk menjamin masa depan belinda.

saya membaca gurat sedih di sini. para besan tersebut memang dari awal tidak sreg, tetapi munafik, tidak memiliki keberanian untuk membuka ruang dialog mengenai ketidaksukaan, kesukaan, sesuatu yang masih wajar, tidak wajar, dan norma-norma keluarga. para besan tersebut pengecut sebab memilih tidak mau rame, tapi malah rame-rame sendiri. lucu. sebab basa-basi bila masih dirasa perlu, telan sendiri basa-basimu. mengapa kemudian selanjutnya justru memunculkan huru-hara dan jengah yang seharusnya bisa dijembatani dari awal mengenai diskusi tentang kebiasaan-kebiasaan berumah tangga. siapa yang suka diomongkan di belakang kemudian. siapa yang suka hak-nya diserobot seperti yang dialami laksmi. siapa yang harus menanggung pedih? keduanya. keduanya menanggung pedih dan susah karena segala perasaan di batin itu menimbulkan penderitaan nyata yang dahsyat.

dalam kehidupan berumahtangga, tidak ada yang lebih pedih ketimbang tidak diterimanya diri ini dalam keluarga pasangan.para besan sudah merasa sebaik mungkin tetapi kesan yang terjadi barangkali jauh dari harapan. persoalannya kemudian, siapa yang paling kuat. biasanya yang memiliki posisi ‘lebih penting-dominasi kuasa/uang/nama baik-dalam hal ini juga mental badak - menggerus hati besan yang lain. laksmi mengalami hal tersebut. tidak ada yang lebih pedih ketika diri ini dianggap tidak becus mengurusi diri sendiri, dianggap membawa celaka dan dimusuhi karena sesuatu terjadi bukan karena salah kita. bagaimana ini bisa sampai terjadi. banyak hal yang saya sedihkan di sini.

mengapa dalam posisi masih seorang istri (di film PPC tentunya), ibu mertua tidak dapat menempatkan diri sebagai ibu dan menganggap menantu sebagai anak, yang ia cintai, yang ia ‘juga’ perjuangkan. 

urusan sepele dalam rumah tangga adalah urusan yang luar biasa besar. ketidaksenangan kita terhadap sikap keluarga baru, ketidakcocokan kita terhadap sikap keluarga baru, perasaan sedih kita karena merasa diperlakukan tidak adil, perasaan marah kita dan hanya mampu ngedumel di belakang, please grow up..tujuan hidup bersama adalah untuk meningkatkan rasa bahagia, untuk meningkatkan perasaan bangkit dan dicintai dengan tulus. kalau tujuan tercapai dan kita bisa bersenang dan berbangga dengan itu-itu cuma bonus. selama ini bila itu tidak terjadi, bukankah akhirnya akan selalu menjadi semu dan basa-basi. dan laksmi adalah contoh yang sesuai. ia menjadi korban ketidakmampuan dirinya dan ketidakmampuan keluarga besar suami untuk menjembatani rasa berbeda dan rasa tidak bersama, yang akhirnya berujung pada sikap-sikap melukai.

meski akhirnya kita lihat laksmi begitu rela menyerahkan belinda dari jauh, ini adalah wujud protes laksmi. bahwa betul ia menyerahkan belinda yang otomatis akan makin jauh dari warisan budaya ibu kandungnya, tetapi laksmi tidak bertemu langsung dengan mertua, karena ia tahu baik dirinya dan mertua tidak nyaman berhadapan. dan bila dipaksakan bertemu kekisruhan panjang akan terjadi.

kita merasakan kepedihan banyak wanita di sini. mertua hanya ingin yang terbaik bagi kehidupan masa depan belinda, ia lupa bahwa dengan bersikap demikian ia telah melukai hati menantunya, perempuan yang harusnya ia anggap dan perlakukan sebagai ‘juga’ anak. laksmi juga ingin yang terbaik bagi belinda, dan ia membiarkan dirinya dijatuhi kesan seperti yang diinginkan keluarga reno.

tambahkan beban laksmi bahwa ia menderita aids yang ditularkan reno diluar sepengetahuannya. dan anda akan merasa bentuk ketidakadilan yang mendalam dialami oleh seorang perempuan yang tidak dihargai kemampuan dirinya untuk menunjukkan bahwa ia kuat dan sanggup. ia yang berjuang sendirian.
nah kalau begini ceritanya, kita masuk ke patriarki.

meneruskan sikap dominasi dan memunculkan rasa serta kesan intimidasi tersebut, dimulai dari sebuah kata ‘gender - pembedaan yang dibuat oleh masyarakat atas karakter, peran dan posisi antara laki-laki dan perempuan’. bagaimana ini memegang peranan? setiap kita kesulitan mengatakan ‘tidak harus’ dalam rumah tangga ‘lelaki kepala keluarga, lelaki imam, lelaki digugu dan ditiru’ siapa yang mau membedahnya ia akan mengerti bahwa sejarah dan budaya juga merupakan konstruksi ‘masyarakat’ setempat. stop sudah sampai sini. akan membutuhkan ruang lain bagi saya untuk menuturkannya.

 ibu reno lucunya mewarisi ‘keinginan untuk bersikap’ menjadi reno. sehingga ia merasa hak-nya penuh untuk mengambil belinda dan tidak membutuhkan persetujuan laksmi-dalam hal ini melecehkannya luar dalam mengingat laksmi punya hak penuh untuk membuka diskusi bahkan membawanya ke meja hukum untuk lebih legal karena merasa begitu terancam – pun jua, kondisi laksmi tidak dalam keadaan sehat untuk dijatuhi ‘hukuman mertua’ semacam itu.

Alangkah lucunya (negeri) ini

SPOILER ALERT !!

Saya kira tak ada film Indonesia yang lebih menarik minat saya ketimbang film alangkah lucunya (negeri ini). Saya harus meminta maaf kepada deddy mizwar dan berterimakasih padanya. Permintaan maaf itu karena, sebagai awam  (saya tidak begitu suka kata mengunderestimated sebetulnya-tidak adakah padanan yang lebih sopan?) saya akan memilih lebih dulu menonton iron man 2 yang ternyata tidak saya sukai, ketimbang memprioritaskan menonton film ini. Rasa terimakasih saya tak berujung. Akhirnya ada pembuat film yang bisa memberikan doktrin (saya benci doktrin, tapi kali ini, doktrinnya manis dan legit..sungguh) secara visual dan gamblang.

Cerita dimulai dari sosok muluk. Yah namanya muluk, terdengar mulukkah bagi anda? Ia pria pemberani dan memiliki ide-ide cemerlang. Ia pria harapan masa depan bangsa. Tetapi ia tidak mendapatkan pekerjaan yang menghargai isi otak dan kemauannya, meski ia telah mengantongi gelar sarjana. Sampai akhirnya nasib mempertemukannya dengan seorang pencopet.  Dari sini cerita bergulir. Ironis dan tragis sebetulnya. Tetapi memang begitulah saya rasa keinginan deddy mizwar pada filmnya kali ini.

Dengan gelar sarjananya itu, di kota besar Jakarta, ia tidak mendapatkan pekerjaan. Apa kemudian yang ditawarkan dan dijanjikan ibu kota Negara bagi para penduduknya yang ‘terpelajar?’ . 

Di sini terjadi perdebatan antara pentingnya pendidikan dan tidak perlunya pendidikan. Pak Makbul, seorang penjahit, ayah muluk (diperankan deddy mizwar) teguh pada pendapatnya akan pendidikan. Lain halnya dengan Haji Sarbini (diperankan Jaja miharja) calon besan pak makbul yang ternyata mendua hati kepada jupri, tetangganya yang juga calon anggota dpr dan digambarkan bodohnya luar biasa, tetapi lebih beruntung daripada muluk.

Dalam usaha muluk mencari pekerjaan..(saya agak terganggu dengan kata ‘pekerjaan’ ini..sebab..saya bekerja tiap hari, ada yang dihargai dengan diupah, ada yang dihargai dengan cara saya menghargai diri sendiri – ini yang disebut kebanggaan – tolol memang..tetapi apakah istilah untuk pekerjaan yang digaji sesuai kemampuan dan potensi diri? Ambigu memang bahasa Indonesia) ia dicopet. Ia mengejar pencopet cilik itu. Lalu berkata “ kamu gak bisa minta baik-baik” dan dijawab dengan sangat lucu, “saya pencopet bang, bukan tukang minta-minta.”

Lebih lucu lagi ketika makan siang muluk dibayar oleh komet, sang pencopet cilik itu. Singkat cerita, muluk berkawan dan bertemu dengan bos pencopet Jarot (diperankan oleh tio pakusadewo). Muluk menawarkan sebuah kerjasama yang bervisimisi ke depan, persis pada keinginan UUD 1945, disinilah letak ironi-nya kawan, anda harus menyaksikan sendiri.

Bagaimana usaha muluk merebut hati kawanan pencopet cilik tersebut yang dibagi dalam 3 regu pencopet yakni copet mall, copet angkot dan copet pasar? 

Ide muluk brillian, mereka wajib mensetor 10 % dari pendapatan. 10 % itu akan dikelola. Muluk berhasil membeli sepeda motor, menggaji dirinya dan menggaji 2 orang kawannya untuk menjadi guru. Dan kawanan pencopet itu masih memiliki tabungan belasan juta. 

Dalam usahanya ini, Muluk berkeinginan menggeser profesi pencopet menjadi pedagang. Muluk ingin mereka menjadi pengasong, dengan alasan yang sangat istimewa, “Kalau kamu berbuat baik, malaikat tidak punya kesempatan untuk memasukkanmu ke neraka.”Tetapi ternyata tidak mudah memang mengubah sesuatu yang sudah mendarah daging seperti menjadi pencopet. menjadi pengasong berarti bekerja keras di jalanan dan harus berhadapan dengan penghasilan berkurang jauh.

Muluk mengajak kawannya menjadi guru. Samsul seorang sarjana pendidikan pengangguran diajak untuk membantu mengajar. Sebelum mengajar kelompok pencopet cilik ini, kegiatannya sehari-hari adalah main gaplek di gardu siskamling. Pipit, anak haji Rahmat (diperankan Slamet raharjo) bertugas sebagai guru agama. 
Ada ketragisan dalam kelas kecil mereka, ketika pencopet-pencopet cilik ditanya beragama apa, mereka tidak mengerti. Sama halnya ketika anak-anak itu bersama samsul, mereka tidak dapat mendefinisikan arti pendidikan.

Akhirnya pendidikan dipahami sebagai kemampuan yang lebih tinggi. Jika tak berpendidikan hanya menjadi copet dan tetap miskin, maka jika berpendidikan bisa jadi koruptor dan hidup nyaman.

Jadi, "Hidup koruptor!" Teriak belasan anak copet di rumah kosong dan sebagian runtuh yang menjadi markas mereka. Sindiran pada koruptor juga dimunculkan ketika anak dibawa ke pintu gerbang DPR. Ada pencopet di Dpr? Tanya mereka…kenapa kita gak punya wakil di dpr…ini seharusnya juga mengusik, sebab lagi-lagi keambiguitasnya. Perwakilan yang betul-betul membela anak terlantar ini, ataukah “sungguh adakah pencopet di dpr?”

Ada seorang aktor copet favorit saya. Anda mesti melihat sendiri, mengapa saya sampai terkesima padanya, sebab ia jujur dalam kemurnian yang hanya ia miliki. Ia membikin puisi, berjudul Gw.. sebuah adaptasi puisi aku karya chairil anwar. Kata-katanya menggelitik..saya ingat beberapa kalimat.

Gw
Gw adalah binatang jalanan
Kerjaan gw nyoppeet aja tiap hari..
Kalau nanti gw mati
Gw minta tuhan ampunin dosa gw…

Well, dia juga yang membikin saya terharu. Coba sekarang anda nyanyikan Indonesia raya sampai tuntas. Dan ulangilah kata-kata terakhir : hiduplah Indonesia raaaayaaa…
Si copet favorit saya itu datang sambil berkata  aaamminnn….

Pertanyaan bagi saya kemudian adalah..siapakah yang mencintai Indonesia? Siapakah yang dicintai oleh Indonesia? Siapakah yang membela Indonesia? Siapakah yang dibela oleh Indonesia?

Muluk selama ini mengaku kepada ayahandanya bekerja di bagian pengembangan sumber daya manusia. Sampai akhirnya tiga sahabat : pak makbul, haji sarbini dan haji rahmat datang ke tempat kerja anak-anak mereka. Anda tentu dapat bayangkan, tetapi banyak kelucuan terjadi di sini yang harus anda saksikan sendiri. Selepas dari markas pencopet, pak makbul dan pak rahmat bersedih hati. “ ini kopi, teh dan gula, punya kamu. Punya bapak yang ini. bulan depan, listrik, telpon dan gas biar bapak yang bayar.” begitu ujar seorang bapak yang patah hati. Yang percaya anaknya bukan penganggur dan berdoa siang malam untuk mau percaya tuhan berbaik hati pada mereka.

Muluk dan Pipit bimbang. Ada adegan terbaik di sini,ketika samsul berupaya bernegosiasi. Ia ingin tetap mengajar, ia minta tetap diberikan ongkos supaya tak perlu jalan kaki ke markas pencopet. sebab masalahnya tidak terletak honor yang dibayarkan dari uang haram, tetapi menyangkut harga diri. Jika tidak mengajar maka dia akan menjadi penganggur dan kembali menghabiskan waktu bermain kartu di gardu siskamling.

saya terperanjat dan tahu benar situasi ini. bahwa setiap kita mesti bekerja dan berkarya.. tidak ada seorang waras ingin berpangku tangan, dan betapa kesempatan jarang datang untuk mereka yang ketinggalan kemampuan meski mereka berhak untuk merasa berarti. 

Samsul berteriak bahwa bukan mereka yang salah memakan uang pencopet. Bukan mereka juga yang salah makanya ada pencopet. Mengapa makan uang pencopet menjadi hina, sementara koruptor menghabisi uang rakyat dibiarkan bahkan kadang dibela dan jadi mulia. Yang salah adalah mereka yang membiarkan rakyatnya mencopet, teriak Samsul disaksikan warga kampung lainnya.

Dalam huru-hara versi samsul itu, terdapat sindiran mengenai calon anggota DPR. Ketika jupri keluar rumah membagikan kaos untuk memilih dirinya..dengan tegas dan ekspresif, samsul berujar “Kentutt!” esok harinya, poster di tempel, tetangga samsul berujar, “ bapak lo aja gak percaya sama elu, gimana gw?”

Ending film ini cukup menarik bagi saya. Ketika Muluk ditangkap satpol PP, ketika seorang waria ditangkap satpol PP, detik itu pula melantun lagu Tanah airku gubahan ibu Sud. Terbayangkah bagi anda tragis dan mirisnya…

Meski film ini sarat muatan sponsor dan terkesan sangat menggiring penonton untuk masuk pada keinginan pembuat film, saya rasa melihat betapa ndableg dan bebalnya sebagian dari masyarakat kita, mereka yang terpelajar namun tak beretika, mereka yang terdidik tapi tak beradab..saya kira film ini adalah sindiran yang oke. Tapi kemudian..mereka merasa gak ya?

Paling tidak saya merasa. Saya lebih senang memberikan sekotak susu cair atau sepotong roti kepada pengamen  dan pengemis cilik di jalanan. Saya lebih senang membelanjakan uang saya kepada pedagang bando daripada memberikannya kepada pembaca puisi ngawur di bis kota yang begitu mengancam dan membikin saya terancam. Itu saya, dan jangan hakimi saya..sebab saya tidak menghakimi anda.

frame limatujuh


aku lupa rasanya kuliah. aku lupa rasanya senang menerima ilmu baru. aku lupa antusiasme akan hidup. ini terjadi karena aku absen lama sekali untuk berada di ruang kelas dan berinteraksi. aku mencoba mengumpulkan kesan yang telah lama berlalu, bahwa belajar di kelas menyenangkan dan begitu menyenangkan, aku sama sekali tidak merasa terancam akan masa depan, aku betul merasa gelora untuk menuntut ilmu, tidak pernah terlintas rasanya khawatir akan masa depan-untuk bekerja dan kehilangan pekerjaan-untuk earn for living- semuanya begitu indah sebab hidupku tergantung ibu bapakku. rasanya indah karena tanggungjawabku adalah belajar dan mendapatkan nilai ujian yang bagus. itu saja.

aku ingat rasanya senang berada di kampus, optimisme tingkat tinggi bukan hanya untuk belajar di kelas, tapi juga berkawan, berkegiatan, bermimpi dan kecewa karena tidak semua keinginan harus dan bisa dipenuhi. dan ada rasa-rasa tipis tentang rindu akan sesuatu yang kusimpan rapat-rapat dalam hati dan tak kuijinkan untuk kubagi. tapi aku tahu dulu aku senang, aku jarang stress karena tidak ada kesulitan hidup, karena aku belum ada di dunia nyata, hidupku berjalan seperti yang kuinginkan, tidak ada ancaman, tantangan kuhadapi dengan mudah, acara berjalan sesuai rencana, hidupku bahagia karena aku tidak kenal persaingan di luar. aku ada di puncak masa bahagia. diriku ditutup oleh kemungkinan yang disediakan dunia. karena aku sudah merasa cukup.

aku menyukai aktifitasku di kelas jurnalistik, aku menikmati rasa bersama dalam keluarga mahasiswa katolik-banyak tertawa di sana-banyak meluangkan waktu untuk hal itu-itu saja, aku menikmati berada di paduan suara-menaklukkan partitur dan tampil diiringi chamber, aku menikmati waktu kuliahku yang dulu terasa luar biasa.

aku merindukannya sekarang.

rindu diriku yang bersemangat dan punya rutinitas menyenangkan. untuk bertemu ellen di kmk dan mencurahkan isi hati. untuk berbagi mimpi. aku rindu duduk di kelas dengan andre dan mengikuti kegiatan kelas, merasa semua akan baik-baik saja, semua tugas akan selesai dan hasilnya baik, aku rindu mengerjakan tugas kuliah dengan mudah karena begitu menguasai materi-mendapatkan ipk tiga koma dan masih mencari apa yang kurang dari pendidikanku-tapi kemudian bersyukur karena kuliahku mudah sehingga aku masih bisa aktif di kmk dan paduan suara. aku merindukan menantikan waktu latihan paduan suara. aku merindukan waktu ketika greg membawakan partitur baru dan kami bersemangat berlatih. aku merindukan masa-masa ketika diriku lebih muda, lebih jauh dari rasa khawatir, seringkali merasa sok karena bisa, aku merindukan masa-masa tak merasa ada ancaman berarti.

sejujurnya aku tak bisa mengingat masa kuliahku sehari-hari kecuali pengingat semester 12 di kartu mahasiswaku. aku lupa pernah ada banyak mata kuliah tertera yang harus kuikuti di pojok kanan kartu biru tersebut. kini hanya tercetak skripsi 6 sks. aku lupa dulu pernah punya kartu mahasiswa dengan 10 mata kuliah satu semester untuk ngebut biar segera wisuda. aku lupa bahwa aku pernah berada di sana. hari-hariku disibukkan dengan menunggu bis satu kosong dua menuju kampus. aku lupa bahwa aku dulu pernah berlari mengejar bis dengan sepatu converse, naik angkot untuk pkl di hidup. dan kusadari sekarang, meski dulu aku bahagia, ternyata aku tidak dalam dan luas. barangkali itu rasa sedihku kini yang kucoba untuk kutanggulangi.

barangkali di luar rasa bahagia dulu pernah bahagia, kini aku merasa terancam. karena wawasanku tak dalam dan tak menusuk jantung, karena pengalamanku terbatas dan tak banyak. karena aku tak lagi tangkas. barangkali justru karena dulu begitu mudah kekhawatiranku sekarang bertambah-tambah. barangkali kemudian aku menyesal mengapa dahulu aku tidak berkuliah di tempat yang jauh lebih baik dan sulit karena aku mendambakan mengenal dunia seluas-luasnya selagi muda. aku merasa ilmuku tidak cukup dan kesulitan saat ini untuk mengejar ketertinggalanku dengan orang-orang lain yang jauh lebih pintar dan optimis dan berpengalaman yang membanjir di dunia. aku mulai takut akan tenggelam karena tidak memiliki kecakapan yang sepadan. dan ini menggiring perasaan tak berdayaku lebih jauh sehingga hatiku lumpuh.

kemudian aku ingat bahwa aku terpaksa harus berhenti kuliah karena mengalami masa sedih yang panjang. aku sudah lupa bagaimana satu setengah tahun berjuang untuk menerima kenyataan kakiku tidak lagi dua. kaki kiriku begitu butuh banyak perhatian dan ini merembet ke hatiku yang tidak mau percaya bahwa aku masih berhak hidup dan bahagia, masih berhak lega dan tenang penuh. satu setengah tahun kubuang untuk belajar menerima. setahun setelahnya aku melakukan aktivitas yang rasanya berjalan begitu lambat dan sangat lambat. tahu-tahu aku sudah di penghujung 2010 ketika sebelumnya aku merasa masih berusia 20 tahun, kini usiaku hampir 25 dan masih bergelut akan rasa takut.

tiba-tiba aku dihadapkan dengan fakta aku tak lagi muda. dan aku seringkali kehilangan rasa percaya dan bergantung pada tuhan setelah pengalaman emosional dan spiritual yang begitu menguras tenaga juga waktu. aku yang mundur tujuh langkah untuk maju dan mundur semakin jauh..semakin jauh dari mimpiku yang dulu.

mimpi yang dulu terasa begitttuuu mudah untuk dicapai. selesai kuliah kerja di media berita paling bermutu dan begitu naif karena tak mengetahui banyak anak di luar sana yang lebih cerdas dan tangguh, lebih gigih dan cerdik, lebih ulet dan teguh. pokoknya dulu aku percaya pasti tiba di sana, terserah bagaimana dunia, aku pasti di sana. rasa-rasa bodoh itu menyelamatkanku dari kenyataan tentang perlunya berjuang,dari drop semangat, justru karena naif itu aku berhasil menamatkan semester 7 tanpa kesulitan menerima pengajaran dari dosen.

kemudian aku sakit kan, kita mengenangnya sebagai pengalaman pahit paling menguras emosi. meski ada cerita hidup yang tak terlupa kita tak bisa kompromi ada bahagia disitu. karena memang rasanya begitu pahit sehingga manisnya tertimpa pahit yang begitu tebal dan kuat. tanyakan padaku apa aku mau mengingatnya? aku tidak mau. aku tidak mau.

dua tahun sudah aku mengenakan afo, sekalipun tak pernah..sekalipun, aku mengingat dalam mimpiku-diriku sudah menggunakan afo, sekalipun tidak pernah. padahal aku perlu bermimpi sudah mengenakan afo. sebab ini akan memudahkanku ketika terbangun bahwa kini aku harus selalu bekerjasama dengan afo. sebab ini akan menimbulkan kelegaan yang lepas bohong, bahwa bahkan bawah sadarku menerima diriku berafo.

aku tidak ingat pergi ke bandung sendirian, melalui jalan panjang tol purbaleunyi kesepian dan sedih, mengamati kuli-kuli melebarkan jalan untuk mengurai macet masa libur lebaran. aku benar-benar sudah lupa..tapi rasa sedih itu masih lekat. rasa sedih menunggu di pool city trans masih melekat. aku lupa wajah dokter tedy dan dokter yuni, tapi aku tidak perlu diingatkan untuk memanggil memori jalanan menurun dan menanjak menuju klinik rehab medik dokter tedy di belakang ocb kampus parahyangan. rasa-rasa sedih yang abadi itu seperti kemampuan untuk bernafas, kita tidak perlu mengingat harus bernafas, kita sudah bernafas sendiri. dan rasa sedih yang kumiliki persis seperti kemampuan kita bernafas tanpa mengingat. ia hadir begitu saja dan selalu, mematahkan hak ku untuk berada di dunia dan menaklukkan diri. kalau sudah melankoli begitu, aku merasa begitu terpuruk dan harus me-restart ulang kemampuanku untuk berharap. dan lamanya bukan buatan sementara untuk drop lagi mudahnya kelewatan.

lalu di penghujung 2010 ini aku merasa harus beresolusi. tapi ini bukan resolusi. ini pemenuhan diri untuk merasakan hak atas hidup. bahwa segala sesuatu di dunia tidak ditentukan oleh seberapa cepat keberhasilan itu dicapai. bukan oleh seberapa muda engkau mendapatkan posisi penting yang diakui keluargamu dan kolegamu sebagai nilai-nilai berhasil. akhirnya dan selalu begitu hanya engkau yang dapat menentukan dengan jujur, seberapa kuat perjuanganmu untuk menaklukkan kesukaran hidup. dan itulah rasa berhasil. itulah rasa penuh. ketika engkau memaafkan dirimu sendiri karena keterbatasannya beradu cepat dan beradu kuat, beradu untung dan beradu pintar, engkau memaafkan dirimu sendiri dengan segala digdaya dan sikap hormat, bahwa dirimu berjuang menaklukkan sulit, berapapun umurmu, berapapan kuat kondisi fisikmu, kau menghormati dirimu karena kau tidak menyerah. kau mengakui dengan kejujuran hati paling dalam meski engkau tak lagi mengaku theis dan masih berkompromi untuk beragnostik, kau paham bahwa selalu ada faktor ‘yang lain’ yang datang dan harus kau sikapi dengan jeli dan sigap. kau yang merasa beruntung bukan karena ketika ada kesempatan kau sudah siap, melainkan karena kau mengenal dirimu luar dalam, menghormatinya dan mengoreksinya. kau belajar membentuk dirimu yang baru. dan kau tahu berapapun usiamu, kau bangga dirimu sudah berusaha.