Kamis, 30 Desember 2010

ACROSS THE UNIVERSE

 Kamis 29 april 2010

aku berhutang nyawa pada film ini. Ia menemaniku di masa sulit dahulu. Suatu masa ketika aku harus berhadapan dengan kenyataan paling pahit. Aku tidak lagi memiliki kaki kiri yang dapat kuajak berlari. Pada masa itu setiap hari aku harus menahan kesakitan untuk melakukan setiap gerakan. aku melebihi bayi dan merasa nelangsa.

Aku tak bisa bernyanyi, aku kesulitan tidur dan dilanda maag akut disertai vertigo yang menyerang setiap ia sempat. Aku bisa menilai pada masa itu aku tidak menikmati diriku sebagai manusia. Aku tidak sempat merasakan sedih, marah maupun kecewa. Pada titik itu yang ada pada diriku adalah kehampaan. Aku tidak bisa mengingat masa lampau. Aku tidak bisa merasakan masa kini. Aku kehilangan kesadaran akan waktu.


Sampai akhirnya aku menonton oprah di metro tv tanpa sengaja. Saat itu bintang tamunya adalah para pemeran across the universe, sebuah film musical dengan lagu-lagu the beatless sebagai pijakan cerita.


Aku memiliki keinginan untuk menyaksikannya. Dan aku tak ingat bagaimana dvd film itu dapat kumiliki. Sebab seingatku pada masa itu aku masih kesulitan untuk berjalan, karenanya tidak mungkin aku bepergian mencari dvd itu seperti yang pasti akan kulakukan di masa sehatku.


Tapi nyatanya, mengatasi segala rintangan dan rasa sakit, aku pergi dan mencari. Dan kemudian aku kecanduan. Sepanjang hari sepanjang waktu aku menonton film itu, berulang –ulang kali.


Aku mesti berterimakasih kepada Julie tamor, sutradara film ini. Ia berhasil mengisi hatiku yang kesepian, jiwaku yang kelelahan. Kamu mungkin berpikir aku berlebihan, tetapi untuk wanita yang baru saja menyadari ia harus menghabiskan sisa hidupnya dengan kaki yang cacat, hal ini memang benar menyembuhkan aku, sebagian.

 
Aku tak dapat menerangkan betapa pada bulan-bulan itu jiwaku kembali dipenuhi dengan harapan. aku ingin bergerak, aku ingin melihat, aku ingin menyanyi.

Julie berhasil menyuguhkan gambar-gambar luar biasa indah dengan warna-warni saling bertabrakan. Seolah seperti baru pertama kali ku lihat cahaya dan merasa takjub karenanya dan tak mau dihentikan untuk terus menikmati.


Lagu-lagu beatless yang ditampilkan ulang luar biasa memukau. aku masih terperangah hingga saat ini dan bercita-cita suatu ketika mampu mencipta film seperti ini tentang ismail marzuki. Impian itu masih tersimpan rapat sampai kini.


Menonton across the universe membuat ku berada di dunia yang luar biasa nyaman. Dunia yang seharusnya aku jalani di masa sehatku. Menikmati masa muda, bertualang dan melakukan kesalahan, terlibat cinta dan membuktikan bahwa aku manusia yang bermartabat dan berguna.


Seringkali nafasku terhenti ketika menonton film ini. sebagai seorang yang gemar menyanyi, 33 lagu beatless yang ditampilkan ulang membuatku terhenyak. Beberapa sudah pernah kudengar sejak kecil.Dan mendengar aransemen baru di film ini, wow..keinginan untuk bisa menyanyikannya menembus kesadaran. Melupakan sengatan-sengatan sakit yang harus kuhadapi setia saat.


Bapak seringkali menemaniku menonton film ini. Ia juga menikmatinya sama seperti aku. Kami sama terperangahnya. ia kembali ke masa mudanya. Dan selalu ia berkata lagu-lagu beatless menyelamatkannya dari masa sulitnya dulu. Aku tahu, aku baru tahu, kami memiliki masa sulit. Dan beatless menemani kami melewati semua itu pada rentang waktu yang berbeda.


KAMIS, 30 desember 2010


bertahun-tahun saya bermimpi bisa nyebrang di ABBEY ROAD. mimpi itu rasanya luar biasa. tiap kali lihat jalanan yang ada garis putihnya, hahahaha..saya ngayal..cihuyyy...kalo tiba di Abbey road saya mau cium itu aspal, persis kayak adegan tayangan bedah rumah di RCTI.


suatu ketika saya dapet beasiswa 3 minggu buat belajar ilmu-ilmu asik..dan pemateri saya sudah sampai liverpool. saya senenggg banget denger cerita dia. dia sampai ke pennylane..


dulu saya gak tahu kemampuan saya. sekarang saya tahu saya bisa bikin skript film, meski belum sampai ke produksi film. saya gak tahu dulu kalo saya juga bisa makin pinter, sekarang saya berusaha keras untuk maksimalin diri biar makin berguna buat banyak orang. gak ada yang tahu kalo saya sampai eropa beneran, bareng kawan-kawan tersayang. gak ada yang tahu.


akhirnya kita pahami bersama bahwa masing-masing kita adalah jembatan untuk melalui sesuatu. setiap kita adalah angin yang mengeringkan peluh, kadang sejuk, kadang kering, kadang segar, kadang menghantam, kadang membawa debu, membawa kerikil, kadang menghentikan perjalanan, kadang memacu langkah, kadang tidak berarti apa-apa.

 setiap kita bersinggungan dengan yang lain dalam dimensi-dimensi jarak dan waktu yang kita tak pahami. bahwa anda sedang bersinggungan dengan yang lain tanpa anda sadari. si bijak mendapatkan manfaat dari hadirnya angin, juga si bebal dan si dungu.bedanya ada di pemaknaan. segala sikap kita dulu-sekarang-nanti menghadirkan kesan yang ditangkap secara berbeda, untuk belajar tentang perilaku, belajar tentang rasa hidup, tentang peneguhan akan sesuatu, tentang rasa beruntung lepas dari celaka, tentang rasa celaka ketemu nasib sial. itulah lucunya, kita mengoreksi dan mengambil saripati, lucu karena sebagian mengira ‘membicarakan orang dan situasi itu tidak baik’ lucu karena kita selalu belajar lewat hal lain yang fana yang anda rasa punya masa kadaluarsa.

lalu kita berkata pada diri seperti rintihan angin yang bergelung ke belakang kuping. mengapa aku begitu merasa tak berarti lagi. mengapa aku dulu begitu merasa kuat, mengapa aku kini begitu rapuh dan sia-sia. mengapa aku sesungguhnya lebih tidak mau percaya terhadap rasa mungkin ketimbang aku mengakui harapan anda masih cemantel sedikit dan goyang-goyang dan akan jatuh dan sulit bangkit.
mengapa akhirnya setiap kita mesti berjuang kendatipun aku tak melihat aku / kita istimewa (kita nanti bisa istimewa, pernah suatu masa kita istimewa, sekarang sedang masa-masanya kita merasa istimewa dan berdaya). mengapa aku harus menemukan diri kembali. mengapa hidup ini selalu dipenuhi rasa gamang yang tak habis dan berlari pada sinyal barangkali mistik supaya kita beroleh sedikit rasa percaya, nikmat rasa holding to something, nikmat rasa jejak karena kita tahu kita tidak puas dan tidak menemukan kenyamanan berpikir yang teguh atau yang kita kira teguh.

anda itu saya. saya bukan anda. kita adalah penggalan kehidupan yang berarti. selama kita berpikir tak berarti, selama tak menghormati diri, bagaimana kita bisa bilang hidup saya sia-sia karena saya sudah kelelahan dalam proses saya mencapai ketenangan jiwa. ini sikap tidak adil: mengapa kita pilih untuk tidak menghargai diri sendiri, mengapa kita tidak bertepuk tangan untuk satu sikap baik, mengapa kita tidak menumbuhkan perasaan positif untuk berjuang, mengapa kita tidak mencari di luar diri, mengapa kita tidak menggunakan segala upaya segala kekuatan untuk membuat diri anda menjadi berarti.

 tentu saja itu mengusik, tapi bukankah anda punya perkakas sederhana (saya juga punya), yakni kalbu yakni nurani tempat yang jaauhhh juga dekat ; sesuatu yang mengusik dan mengajak banyak tanya banyak pikir banyak sikap terhormat. saya sedang tidak berbicara tentang rasa kalah. tentang kolektivitas rasa kalah yang menunggu waktu. orang-orang yang terasingkan oleh diri sendiri dan menunggu momen untuk menunjukkan agresifitas diri-mereka yang tahu tak dianggap dan yang kehilangan harap kemudian berlaku merusak karena itulah kepercayaan terakhir yang dimiliki – anak yang dikhianati zaman. tentu saja anda bukan mereka. sebab kita punya kemampuan untuk dengan adil menimbang tentang ‘surga letaknya di iman.’

tanyakan pada saya apakah saya percaya yesus. tanyakan pada saya bagaimanakah rasa percaya saya pada penghakiman terakhir. saya bisa menjawabnya : saya seorang yang luar biasa egois, sebab saya tahu saya terbatas. itu saja. karenanya saya tidak dapat memprediksi kemungkinan reaksi tuhan akan saya. sebab bagaimana anda menyalahkan seseorang yang tidak tahu bukan karena ia tidak mencari tahu, tapi karena ia betul-betul tidak tahu, tidak dekat dengan segala tahu.

lalu muncul satu kemungkinan, memang harus ada orang-orang prima. itu kita yang putuskan.
diri ini yang pilih mengubah sedikit, mengubah banyak ; sesungguhnya tidak mengubah apapun. kita hanya mengubah kesan. kesan anda terhadap diri sendiri. itu saja. kita tidak lagi melihat orang besar orang kuat orang lemah. yang kita lihat adalah tanggungjawab dan moral. itu saja. penghormatan akan kemanusiaan dan dunia. terhadap diri sendiri dan apa yang anda dan saya rasa percayai. 

lalu kemudian anda dan saya punya mimpi. dan kesadaran kita berkata-kata: saya tahu tidak sampai sana, tapi saya rasa saya sudah tiba di sana. ini berlaku bagi yang tahu dirinya tidak mungkin di sana, juga bagi yang sedang mengupayakannya sekuat tenaga atau separuh tenaga atau mengajak tenaga-tenaga yang lain barangkali koalisi-konspirasi-kolaborasi. akhirnya sama saja, bagaimana kita menikmati moment tersebut. kita yang punya ilusi dan tidak takut oleh hasil akhir ilusi tersebut yakni  tetap ilusi dan kita pilih bahagia atau sedih ; atau menjadi nyata yang kita pilih nikmati atau terburu-buru dan kehilangan moment. itu saja. itulah kekuatan menerima diri. 

anda yang berangan-angan menyusuri gereja-gereja di roma dan menemukan penggalan-penggalan masa lalu manusia. juga saya yang sudah mencium aspal Abbey Road. atau anda yang berangan-angan membebaskan segala rasa pedih kucing dan anjing yang dibuang ; sedih kuda yang dibunuh untuk dimakan setelah tenaganya dengan tulus diberikan. anda tahu tidak ada di sana atau anda sedang berjuang untuk membebaskan rasa penasaran, dan anda tak kunjung ketemu pasti. heninglah sejenak. 

tidakkah anda sudah tiba di sana? tidakkah anda sudah tiba...

anda sudah tiba di imajinasi. anda sudah tiba.

 dan itu kesuksesan, kendatipun kecil. sebab anda tahu anda masih punya kapasitas untuk ‘merasa’. anda sedang menjalaninya. kita sedang pegang kemudi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar